Pemkab Buleleng bangun pemancar internet dari bambu

Singaraja, Buleleng – Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali, membangun pemancar internet dari bambu di Desa Tembok wilayah Kecamatan Tejakula untuk mengatasi permasalahan digital dengan biaya relatif murah serta kesenjangan internet di wilayah setempat.

“Kesenjangan digitalisasi wilayah perkotaan dengan pedesaan masih terjadi di daerah ini sehingga pembangunan infrastruktur jaringan internet sangat diperlukan di wilayah pinggiran,” kata Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah (Setda) Buleleng, Ir. Nyoman Genep, M.T, di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Selasa.

Ia mengatakan pembangunan pemancar internet berbahan bambu dapat meningkatkan digitalisasi, peningkatan layanan kesehatan, pendidikan, jaring pemasaran usaha mikro kecil menengah (UMKM) serta layanan publik pemerintah.

Menurut Genep, pembangunan pemancar internet berbahan dari alam pertama di daerah tersebut sebagai role model pemerataan akses internet yang ramah lingkungan.

“Ke depan bisa diperluas tidak hanya di Desa Tembok, namun di desa lain untuk mengatasi kesenjangan jaringan internet. Nantinya, dari Dinas Kominfosanti akan mengkaji daerah yang perlu dikembangkan atas wilayah blank spot di Kabupaten Buleleng,” ucapnya.

Pihaknya juga menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada Pemerintah Inggris melalui Common Room Network Foundation, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan pihak lainnya atas dukungan program tersebut.

Sementara itu, Perbekel Desa Tembok Dewa Komang Yudi mengatakan perwujudan transformasi digital memerlukan dukungan infrastruktur dan jaringan internet, serta mengatasi kesenjangan akses di masyarakat.

“Dua hal penting ini menjadi kepedulian kami dengan pihak Common Room Network Foundation dan rekan dari Institut Teknologi Bandung dalam membangun infrastruktur,” jelasnya.

Pembangunan infrastruktur internet di Desa Tembok, ungkap Mekel Yudi, merupakan kolaborasi anggaran dana desa dengan pihak yayasan dan ITB. Selain itu, anggaran langganan internet tidak lebih dari Rp15 juta.

Ia mengharapkan pelajar di Banjar Dinas Sembung, yang merupakan titik terjauh dari pusat pemerintahan, dapat lebih mudah mengakses informasi, memudahkan layanan publik serta kegiatan-kegiatan yang mendukung perekonomian masyarakat.

Di sisi teknis, Kepala Pusat Penelitian Produk Budaya dan Lingkungan ITB Dr. Adi Nugraha mengatakan, Tower Internet bahan dasar bambu ini bisa tahan antara 7-10 tahun, karena sebelum dibangun bahan bambu diawetkan sesuai pakem masyarakat, dengan biaya yang dikeluarkan kurang lebih Rp10 juta sampai 15 juta.

“Inilah alasan kami menggunakan pemancar berbahan bambu, selain dapat menekan biaya, bahannya sangat mudah didapat dan tahan lama tergantung cara perawatannya. Makanya tower ini memakai atap untuk melindung paparan panas dan hujan secara langsung,”ungkapnya.

Sebelumnya, untuk mewujudkan transformasi digital pedesaan di Desa Tembok, sudah ada kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Buleleng yang difasilitasi Dinas Kominfosanti Kabupaten Buleleng dengan penandatanganan MoU dengan Common Room Network Foundation dari Pemerintah Inggris kepada Desa Tembok. (Ant)